Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Bupati Trenggalek : Kita Harus Tahu Sejarah di Peringatinya Hari Pahlawan

berita

10 November 2018

1734
Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Bupati Trenggalek : Kita Harus Tahu Sejarah di Peringatinya Hari Pahlawan

10 November 1945 menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam menentukan masa depan bangsa.  Saat itu pasukan sekutu dari Inggris dan Belanda mencoba untuk merampas kembali kemerdekaan yang sudah berkumandang di tanah air tercinta kita.  Pertempuran hebat yang kala itu terjadi di Surabaya antara arek-arek Suroboyo dengan serdadu NICA mengakibatkan ribuan jiwa gugur di medan perang, baik dari pihak penjajah maupun dari bangsa Indonesia sendiri.

Seperti yang disampaikan oleh Bupati Trenggalek Dr.Emil Elestianto Dardak, M.Sc saat dikonfirmasi usai menjadi Inspektur Upacara pada peringatan Hari Pahlawan di Alun-alun Trenggalek, Sabtu (10/11).  Bupati mengharapkan masyarakat Trenggalek bisa meresapi bagaimana makna dan sejarah perjuangan bangsa ini dalam mengusir cengkeraman penjajah.

Tentunya Hari Pahlawan kita semua harus tahu bagaimana ceritanya sampai hari ini diperingati sebagai hari pahlawan, bagaimana kemudian seluruh elemen bangsa dengan gagah berani karena pertama kali ada bentrok pada saat itu setelah kemerdekaan, ungkap Bupati Emil.

Konsep merdeka itu di uji dengan benar dengan adanya serangan dari tentara sekutu, oleh karena itu termasuk Belanda ya tentunya kita bangga sekali bahwa Indonesia memiliki warisan semangat perjuangan sesuai tema ini bahwa nilai-nilai kepahlawanan harus tetap terjaga di setiap insan di Republik kita ini dengan menanamkan nilai patriotisme dalam bidang masing-masing, sambungnya.

Tertulis dalam sejarah, peperangan 10 November 1945 yang terjadi di depan Hotel Yamato Surabaya.  Ultimatum dari penjajah yang meminta bangsa Indonesia untuk menyerahkan persenjataan kepada mereka mendapatkan perlawanan keras dari pemuda Surabaya.  Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan, pasukan sekutu mendapatkan perlawanan dari pasukan dan milisi Indonesia.  Sekitar 16.000 pejuang dari pihak Indonesia gugur dalam pertempuran hebat tersebut.

Pengorbanan nyawa dari para pejuang bangsa ini membuahkan hasil, pimpinan tentara sekutu Brigadir Jenderal Mallaby tewas pada pertempuran berdarah yang terjadi, selain itu dengan semangat membara arek-arek Suroboyo berhasil menurunkan bendera Belanda merah putih biru dan menggantinya dengan merah putih.  Ribuan pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Menutup tanggapannya, semangat kepahlawanan yang sudah diwariskan oleh pendiri bangsa menurut Bupati juga harus tetap dijaga oleh generasi penerus.  Berbeda dengan jaman dahulu yang berperang dengan pertumpahan darah, kini bangsa Indonesia khususnya para pemudanya harus mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kapasitas dan daya saing ditengah percaturan perekonomian global.

Hari ini mungkin kita bukan berperang dengan senjata tapi hari ini seperti kata Bung Karno lawan terbesar kita adalah diri kita sendiri maka kita harus bisa menegakkan martabat  bangsa kita, hari ini masih banyak sekali kedaulatan-kedaulatan yang masih perlu kita perjuangkan, kedaulatan teknologi, kedaulatan dalam berbagai bidang termasuk kebudayaan yang harus kita jaga sebagai bangsa yang bermartabat dan bangsa yang merdeka, pungkasnya. Diskominfo Trenggalek