PERTAHANKAN KELESTARIAN BUDAYA, UPACARA ADAT BERSIH DAM BAGONG DIGELAR SECARA TERBATAS
Tradisi upacara adat Bersih Dam Bagong kembali digelar, berbeda dengan
tahun sebelumnya kegiatan kali ini digelar secara terbatas. Upacara adat yang
rutin dilaksanakan setiap Jumat Kliwon Bulan Selo penanggalan jawa ini menjadi
bentuk rasa syukur petani atas hasil bumi dengan adanya irigasi, Jumat (3/7)
Tak hanya itu Dam Bagong yang mengaliri lebih dari 800 hektare sawah di
Kabupaten Trenggalek juga memiliki nilai historis yang begitu kuat. Dimana pada
abad ke-16 silam Ki Ageng Menak Sopal telah membangun Dam Bagong yang
menjadikan hasil panen masyarakat Trenggalek meningkat hingga akhirnya Menak
Sopal disebut sebagai Pahlawan Pertanian Trenggalek.
Sebagai rangkaian prosesi upacara adat yang akrab disebut ritual nyadran,
kaki dan kepala kerbau yang diserahkan Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin
kepada salah seorang petugas upacara adat ini langsung dilempar kebawah untuk
ditangkap oleh warga yang sudah menunggu dibawah.
Bupati Nur Arifin menuturkan kegiatan ini menjadi suatu hajat rutin
kebudayaan asli Kabupaten Trenggalek khususnya warga masyarakat Kelurahan
Ngantru sebagai pengungkapan wujud syukur atas limpahan rezeki dari Tuhan Yang
Maha Esa.
"Kegiatan hari ini rutinan salah satu hajat kebudayaan kita yaitu
Nyadran Dam Bagong sebagai bentuk syukur masyarakat dimana Allah SWT telah
memberikan rezeki air kita tidak kering, sawah-sawah terairi, panenan lancar.
Kemudian masyarakat bersedekah lewat salah satunya membagikan daging kerbau kepada
masyarakat sekitar sebagai bentuk syukur," tutur Bupati Nur Arifin.
Lebih lanjut, pemimpin muda ini menjelaskan mengingat saat ini pandemi
masih berlangsung maka pelaksanaan upacara adat dilakukan secara terbatas,
antara lain hanya terdapat 2 prosesi inti yang dilaksanakan yaitu semaan
Al-quran dan larung kepala kerbau.
"Yang berbeda hari ini dilaksanakan dengan terbatas kita melakukan
kirim doa kepada leluhur yaitu Menaksopal dan seluruh sesepuh Kabupaten
Trenggalek dilaksanakan semaan Alquran dan yang terakhir kita melaung kepala
kerbau," jelas pria yang akrab disapa Gus Ipin tersebut.
"Sebenarnya tidak dilarung tetapi kita berikan kepada masyarajat yang
siap untuk menerima, karena mereka percaya ini simbol rezeki karena ini bentuk
syukur kita pada Tuhan," imbuhnya melengkapi.
Lebih lanjut, Bupati Nur Arifin berharap kebudayaan seperti ini terus bisa
lestari di Kabupaten Trenggalek, hal ini dimaksudkan agar jasa perjuangan para
leluhur bisa tetap dikenang oleh masyarakat Trenggalek dan juga membangun rasa
kepedulian antar sesama dengan cara bersedekah.
"Ini kan membentuk sikap kita bahwa yang pertama meskipun leluhur
kita ini telah tiada tetapi kita masih mengikuti jejak-jejak mengingat
perjuangan beliau. Dan kedua ya kalau ada rezeki yang kita dapat ya kita
bagikan kita sedekahkan seperti sedekah Nyadran di Dam Bagong ini,"
tegasna menutup. Diskominfo
Trenggalek