PERTAHANKAN KELESTARIAN BUDAYA, UPACARA ADAT BERSIH DAM BAGONG DIGELAR SECARA TERBATAS

berita

06 July 2020

11833
PERTAHANKAN KELESTARIAN BUDAYA, UPACARA ADAT BERSIH DAM BAGONG DIGELAR SECARA TERBATAS

Tradisi upacara adat Bersih Dam Bagong kembali digelar, berbeda dengan tahun sebelumnya kegiatan kali ini digelar secara terbatas. Upacara adat yang rutin dilaksanakan setiap Jumat Kliwon Bulan Selo penanggalan jawa ini menjadi bentuk rasa syukur petani atas hasil bumi dengan adanya irigasi, Jumat (3/7)

Tak hanya itu Dam Bagong yang mengaliri lebih dari 800 hektare sawah di Kabupaten Trenggalek juga memiliki nilai historis yang begitu kuat. Dimana pada abad ke-16 silam Ki Ageng Menak Sopal telah membangun Dam Bagong yang menjadikan hasil panen masyarakat Trenggalek meningkat hingga akhirnya Menak Sopal disebut sebagai Pahlawan Pertanian Trenggalek.

Sebagai rangkaian prosesi upacara adat yang akrab disebut ritual nyadran, kaki dan kepala kerbau yang diserahkan Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin kepada salah seorang petugas upacara adat ini langsung dilempar kebawah untuk ditangkap oleh warga yang sudah menunggu dibawah.

Bupati Nur Arifin menuturkan kegiatan ini menjadi suatu hajat rutin kebudayaan asli Kabupaten Trenggalek khususnya warga masyarakat Kelurahan Ngantru sebagai pengungkapan wujud syukur atas limpahan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa.

"Kegiatan hari ini rutinan salah satu hajat kebudayaan kita yaitu Nyadran Dam Bagong sebagai bentuk syukur masyarakat dimana Allah SWT telah memberikan rezeki air kita tidak kering, sawah-sawah terairi, panenan lancar. Kemudian masyarakat bersedekah lewat salah satunya membagikan daging kerbau kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk syukur," tutur Bupati Nur Arifin.

Lebih lanjut, pemimpin muda ini menjelaskan mengingat saat ini pandemi masih berlangsung maka pelaksanaan upacara adat dilakukan secara terbatas, antara lain hanya terdapat 2 prosesi inti yang dilaksanakan yaitu semaan Al-quran dan larung kepala kerbau.

"Yang berbeda hari ini dilaksanakan dengan terbatas kita melakukan kirim doa kepada leluhur yaitu Menaksopal dan seluruh sesepuh Kabupaten Trenggalek dilaksanakan semaan Alquran dan yang terakhir kita melaung kepala kerbau," jelas pria yang akrab disapa Gus Ipin tersebut.

"Sebenarnya tidak dilarung tetapi kita berikan kepada masyarajat yang siap untuk menerima, karena mereka percaya ini simbol rezeki karena ini bentuk syukur kita pada Tuhan," imbuhnya melengkapi.

Lebih lanjut, Bupati Nur Arifin berharap kebudayaan seperti ini terus bisa lestari di Kabupaten Trenggalek, hal ini dimaksudkan agar jasa perjuangan para leluhur bisa tetap dikenang oleh masyarakat Trenggalek dan juga membangun rasa kepedulian antar sesama dengan cara bersedekah.

"Ini kan membentuk sikap kita bahwa yang pertama meskipun leluhur kita ini telah tiada tetapi kita masih mengikuti jejak-jejak mengingat perjuangan beliau. Dan kedua ya kalau ada rezeki yang kita dapat ya kita bagikan kita sedekahkan seperti sedekah Nyadran di Dam Bagong ini," tegasna menutup. Diskominfo Trenggalek