UNIVERSITAS BRAWIJAYA SERAHKAN ALAT SULING ATSIRI KEPADA PEMKAB TRENGGALEK
Melirik keberadaan potensi pertanian yang bagus di Kabupaten
Trenggalek, Universitas Brawijaya lewat institut atsiri berikan bantuan berupa
alat suling atsiri kepada Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Prof. Dr. Ir.
Mohamad Bisri, M.S., yang menjabat Rektor universitas ternama asal Kota Malang
ini datang langsung ke kawasan agrowisata Dilem Wilis untuk secara
simbolis menyerahkan alat suling atsiri untuk diterima oleh Bupati Trenggalek,
Dr.Emil Elestianto Dardak, M.Sc, Jumat (9/2).
Selain menyerahkan alat suling atsiri untuk dikelola Dinas
Pertanian dan Pangan, Universitas Brawijaya juga menyerahkan bantuan lainnya
berupa 1 juta bibit batang serai wangi dan 200 bibit nilam untuk ditanam di
area Taman Teknologi Pertanian (TTP) di kawasan Dilem Wilis. Rencananya akan
ada sekitar 200 warga sekitar yang akan dilibatkan dalam program penanaman
bibit nilam dan serai wangi ini.
Rektor Universitas Brawijaya mengharapkan program pengolahan
tanaman nilam ini dapat berkelanjutan, dan bukan hanya berhenti pada simbolis
penyerahan saja. Mengingat tingginya potensi pengolahan minyak
atsiri memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga dapat mendongkrak
penghasilan dari petani sekitar dan mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar
menjadi lebih baik.
"Sebenarnya ini hasil tindak lanjut MOU kita tahun
kemarin, biasanya MOU berhenti pada tanda tangan saja, kita nggak mau. Tanda
tangan harus ada maknanya karena jika tanda tangan saja tidak punya nilai,
harapan saya tadi pemberdayaan masyarakat semakin ditingkatkan,"
terangnya.
Sementara itu Bupati Trenggalek juga mengapresiasi atas
bantuan alat suling dan bibit serai dari Universitas Brawijaya ini, dirinya
menyampaikan bahwa alat suling atsiri ini adalah implementasi dari inovasi
pertanian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di Kabupaten
Trenggalek.
"Kita yakini kedepan Bendungan adalah kecamatan yang
paling hi-tech (berteknologi tinggi) dalam hal pertanian. Ini cita-cita
kita, dan kita mengemas ini dengan keindahan alam dari sisi
agrowisatanya," ungkapnya.
Untuk diketahui, alat suling atsiri yang di berikan oleh
Universitas Brawijaya ini dapat mengolah nilam kering menjadi minyak atsiri
dengan hasil produksi 2,5 sampai 3 liter untuk sekali masak yang memakan waktu
8 jam. Dengan harga penjualan minyak atsiri yang saat ini relatif masih tinggi
di pasaran, tentunya potensi pertanian nilam yang kini ditanam oleh petani
dapat menjanjikan tambahan penghasilan dan kesejahteraan yang semakin membaik
bagi masyarakat sekitar Bendungan. Diskominfo Trenggalek