Wabup Syah Ajak Guru Agama Islam Cetak Generasi Muda Sebagai Agen Milenial Moderasi Beragama

berita

29 September 2021

8609
Wabup Syah Ajak Guru Agama Islam Cetak Generasi Muda Sebagai Agen Milenial Moderasi Beragama

Membuka pembinaan Guru Pendidik Agama Islam (GPAI) jenjang SMP di Kantor Kemenag Trenggalek, Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhamad Natanegara mengajak para guru mencetak generasi muda sebagai agen milenial moderasi beragama, Selasa (28/9/2021).

Wakil Bupati muda ini menekankan sebagai tenaga pendidik guru harus mampu mengedepankan nilai toleransi beragama atau yang disebut dengan moderasi beragama kepada para siswa didik sejak dini.

Secara terminologi moderasi memiliki makna tengah yang mendukung peradaban saling menghormati baik inter, antar, maupun semua pemeluk agama yang ada di negara Indonesia.

Untuk itu Wabup Syah meminta guru memiliki suatu kekhasan pelajaran atau kurikulum demi menanamkan nilai toleransi beragama tersebut bagi masing-masing siswa didiknya.

Lebih lanjut pasangan pemimpin Bupati Nur Arifin ini berharap selain mengajar secara rutin sesuai kurikulum yang sudah ditentukan, agar guru agama Islam di Trenggalek mulai menggali kekhasan hasanah budaya keislaman lokal setempat.

Mengingat budaya islam di negara Indonesia sangat terkenal akan nilai toleransi ditengah kemajemukan budaya lain di nusantara.

"Kita harus mencetak agen milenial keberagan beragama ini, kita juga harus mampu menjadikan anak-anak SMP kenal moderasi beragama, setelah di SMP kenal maka di SMA juga akan mengenali moderasi beragama," harapnya.

Selain itu Wabup Syah turut berpesan untuk mendorong pendidikan karakter siswa didik dimasa pandemi covid-19. Terlebih akibat pola pendidikan dalam jaringan mengakibatkan banyak perubahan perilaku terhadap siswa didik yang menghabiskan waktu belajarnya di rumah.

Seperti perubahan penampilan anak yang disebabkan keinginan menirukan budaya kebebasan yang berasal dari luar negeri. Untuk itu Wabup Syah berharap agar para guru sebagai pengasuh dan pendidik tetap menanamkan budaya lokal.

"Jangan sampai anak ini kehilangan, kita harus mampu memberikan batasan-batasan.  Kita harus mampu memberikan pengertian bahwa kebudayaan yang berada diluar kita itu tidak semuanya jelek.  Tapi juga tidak semuanya pantas kita adopsi dan kita praktekkan di kehidupan kita sehari-hari," ujarnya.

Ditambah saat ini di sejumlah sekolah pendidikan tatap muka mulai dilaksanakan secara hibrid.  "Anda semua ini adalah benteng terakhir penguatan anak-anak generasi milenial terutama yang hari ini ada di Kabupaten Trenggalek," tegasnya. Diskominfo Trenggalek